Senin, 21 April 2008

TUGAS 1 DAN 2 BIMBINGAN KONSELING

TUGAS 1 DAN 2 BIMBINGAN KONSELING

A. Buatlah Suatu instrumen wawancara/ daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui :

1. Motif dan Motivasi

Motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Apa saja yang yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya.

Juga dalam soal belajar, motifasi itu sangat penting. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Di sekolahan seringkali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan sebagainya. Dalam hal demikian berarti bahwa guru tidak berhasil memberikan motifasi yang tepat untuk mendorong agar ia bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya.

Benyak bakat anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semua tidak terduga. (Purwanto, 2002 : 60-61).

Motivasi ialah suatu proses untuk menggalakkan sesuatu tingkah laku supaya dapat mencapai matlumat-matlumat yang tertentu. Konsep motivasi memang susah difahami kerana kesannya tidak dapat diketahui secara langsung. Seseorang guru terpaksa melibatkan proses berbagai motif kelakuan seseorang yang diukur dari segi perubahan, keinginan, keperluan dan matlamatnya. (http://ms.wikipedia.org/wiki/Motivasi).

2. Potensi bawaan

Setiap ciptaan mempunyai talenta alami yang unik di dalam dirinya. Talenta bawaan itu akan menjadi sempurna secara alami. Artinya, bila seseorang menyadari bahwa kekuatan bawaannya yang dimilikinya misalkan talenta seorang orator (communicator) maka dengan berlatih guna memperoleh skill dan mempelajari teknik-teknik berkomunikasi dan berbicara (knowledge) maka dia akan mampu mencapai penampilan puncak yang sempurna (best performance)nya sebagai orator. Maka sebenarnya dalam pemilihan jurusan bagi anak-anak kita, sebaiknya disesuaikan dengan bakat bawaan (talenta innate) yang mereka miliki. Saat ini test potensi bawaan ini seperti Strengths Finder, MBTI dan DISC Profile telah dapat digunakan untuk memahami potensi bawaan seseorang. Biasanya siswa yang memilih jurusan sesuai dengan potensi bawaannya, seolah telah mempersiapkan karir yang nanti akan memberinya kepuasan dan kebahagiaan. Sebaliknya mereka yang dipaksa mengikuti jurusan yang sebenarnya tidak seusai dengan potensi bawaannya, sering mengalami kesulitan dalam meniti karir, bahkan stress dalam menjalani jurusan tersebut.

3. Pengaruh lingkungan belajar

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu siswa, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar.
Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai empirik yang berarti pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan itu, karena lingkungan itu senantiasa tersedia di sekitarnya.
Sejauh mana pengaruh lingkungan itu bagi diri individu, dapat kita ikuti pada uraian berikut :
1. Lingkungan membuat individu sebagai makhluk sosial
Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.
Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya.
Dapat kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung sangat lambat sekali.
2. Lingkungan membuat wajah budaya bagi individu
Lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya.

4. Keunikan pribadi

Anak berbakat memiliki karakteristik kepribadian yang unik. Umumnya mereka memiliki minat yang kuat terhadap berbagai bidang yang menjadi interestnya. Sangat tertarik terhadap berbagai persoalan moral dan etika. Sangat otonom dalam membuat keputusan dan menentukan tindakan. Sejumlah karakteristik yang unik ini jika tidak dipahami dengan benar oleh para pendidik dan orang tua maka akan menimbulkan persepsi seolah-olah anak berbakat adalah individu yang keras kepala, tidak mau kompromi bahkan ada yang secara ekstrim menilai anak berbakat rendah sikap prososialnya. Mempertimbangkan keunikan karakteristik kepribadian anak berbakat seperti tersebut di atas maka diperlukan cara-cara khusus dalam mengelola atau memfasilitasi kegiatan berlajar anak berbakat. Sikapnya yang otonom dipadu dengan task commitment yang tinggi dan minatnya terhadap banyak aspek kehidupan serta nilai-nilai moral maka wajar jika anak berbakat memiliki perilaku belajar yang berbeda dengan anak umum.
Dalam belajar, anak-anak berbakat memiliki self regulated yang kuat dan positif untuk menunjang keberhasilannya. Mereka mampu menentukan sendiri tujuan belajarnya, mampu menumbuhkan rasa mampu diri (self-efficacy ) untuk meraih target yang hendak dicapai, penataan lingkungan untuk menopang pencapaian target, menentukan sendiri bagaimana mendapatkan social support agar dapat sukses, melakukan evaluasi diri dan memonitor kegiatan belajarnya. Hal inilah yang membedakan anak berbakat dengan anak-anak biasa.

Selasa, 08 April 2008

PERMASALAHAN DALAM SILABUS SMA

Pendidikan Jasmani Bagi Siswa

Manfaat Pendidikan Jasmani

· Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif sosial, dan emosional (Bucher, 1979). Melograno (1996) menyatakan bahwa penjas adalah proses pemenuhan kebutuhan pribadi siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang secara eksplisit dapat terpuaskan melalui semua bentuk kegiatan jasmani yang diikutinya. Berdasarkan pengertian ini, maka pelaksanaan penjas di lapangan harus memahami asumsi dasar berikut ini:
ü penjas adalah proses pendidikan yang berpusat pada siswa.
ü Penjas harus memfokuskan pada keunikan dan perbedaan individu
ü Penjas harus mengutamakan kebutuhan siswa ke arah pertumbuhan dan kematangan di dalam semua domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
ü Hasil penjas harus dikaitkan dengan kebutuhkebutuhan yang dapat dicapai secara nyata.
ü Kegiatan fisik yang dilakukan meliputi semua bentuk pengalaman gerak dasar kompetitif dan ekspresif.

Menurut Annartino, et al (1980) ada delapan ciri program pendidikan jasmani yang baik, yaitu:
1. merupakan salah satu bagian integral yang tak terpisahkan dari usaha pendidikan sekolah secara keseluruhan.
2. Merupakan salah satu proses yang dapat memberikan pengalaman secara seimbang s erta akan mendorong pertumbuhan dan perkembangan di dalam domain fisik, serta psikomotor, kognitif, dan afektif.
3. Harus didasarkan pada interes, kebutuhan, tujuan, dan kemampuan dari siswa yang dilayani.
4. Memberi pengalaman yang dikaitkan dengan bidang-bidang dasar kehidupan dan disesuaikan dengan tingkat kematangan peserta didik.
5. Bagian integral dari masyarakat yang dilayani.
6. Tersedia fasilitas yang memadai, alokasi waktu yang cukup, peralatan yang memadai, kepemimpinan, dorongan dan memberikan suatu ruang gerak dari kegiatan yang diinginkan oleh siswa seluas-luasnya.
7. Suatu kerjasama yang lebih dekat dengan petunjuk program di sekolah.
8. Salah satu cara untuk mempercepat dan mendorong pertumbuhan yang profesional dan kesejahteraan guru yang terlibat di dalamnya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka filosofi pendidikan jasmani modern menurut Bucher (1979), program pembelajaran penjas di sekolah harus didasarkan pada komponen berikut ini: Berpusat pada siswa, disesuaikan dengan lingkungan sekolah, didasarkan pada perhatian dan keinginan anak yang dihubungkan dengan kebutuhan masyarakat, guru sebagai pemandu merencanakan program kegiatan bersama-sama siswa, dipusatkan pada pengembangan anak secara total, fisik, emosional, dan sosial yang perlu disempurnakan dan ditambah dengan kebutuhan mental, pelajaran pribadi secara langsung, memberi kesempatan untuk menunjukan kreativitas, sosialisasi, pemecahan masalah, dan bereksperimen, berhubungan dengan masyarakat sekolah yang tertutup dan bekerja sama dengan keluarga, disiplin pribadi, kurikulum yang universal, membantu lingkungan sekolah, menjamin terhadap pengembangan siswa secara individu dan kelas sebagai laboratorium untuk menguji ide-ide baru.
Pendidikan yang pertama dan utama harus diberikan sejak dini atau sejak lahir adalah penjas. Apabila hal ini tidak dilakukan dengan baik dan benar maka jangan mengharapkan keturunannya menjadi orang yang sempurna baik secara fisik maupun non fisik. Conrad yang dikutip oleh Willgoose (1986) dalam hal ini menyatakan bahwa, “Manusia dilahirkan, berjuang, kemudian meninggal”- suatu sejarah singkat kehidupan yang menarik. Kata kuncinya di sini adalah “berjuang”. Hidup adalah perjuangan. Kemampuan seseorang dapat bekerja untuk mengerjakan sesuatu adalah sin qua non. Dengan ini seseorang dapat bekerja keras untuk mencapai kesenangan yang pasti. Hal ini dapat dicapai “tidak hanya duduk diam di tempat melainkan harus berjuang untuk meraihnya, tidak hanya menerima namun juga harus memberi, dan tidak dengan istirahat tetapi dengan bekerja.”. Dalam sejarah Olimpiade modern juga terkenal istilah, “Semoga di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat”. Di dalam pepatah Arab juga terkenal istilah, “Di dalam akal yang sehat
terdapat badan yang sehat”.

kesimpulan............
Dari pernyataan tersebut jelas bahwa untuk dapat berjuang seseorang harus memiliki jiwa dan raga sempurna. Hal ini akan dapat diwujudkan
apabila setiap orang memahami fungsi pendidikan jasmani dalam ikut menentukan kualitas SDM yang tidak hanya unggul dalam bidang intelktual saja, namun didukung pula oleh keunggulan di bidang fisik, psikomotor dan sikap.

Senin, 24 Maret 2008

erleluasa
HEADING CADANGAN: JATI DIRI REMAJA KITA TELAH MATI


KEHIDUPAN remaja hari ini penuh dengan pelbagai
permasalahan sosial yang bukan sahaja merunsingkan ibu
bapa tetapi juga pemimpin negara. Banyak cara dan
kaedah telah digunakan untuk menarik mereka ini ke
arah kebaikan untuk menjadi insan berguna namun jalan
yang salah dan hitam juga mereka pilih. Kes rogol,
ragut, penyalahgunaan dadah, berpeleseran di
pusat-pusat beli belah, lumba motor haram dan terbaru
kes Black Metal yang mana semua ini semakin berleluasa
dari sehari ke sehari. Mereka seolah suka membuat
sesuatu yang negatif yang mendatangkan kemudharatan
bukan sahaja kepada diri sendiri tetapi juga kepada
orang lain. Apa punca dan kenapa? Untuk itu SIASAH
melalui wartawannya Kalsum Hj Ahmad telah menemui
Saudara Mohd Ridhuan Tee Abdullah, seorang pendakwah
bebas merangkap Pengarah Eurobest Holding Sdn Bhd.
Banyak huraian dan penjelasan yang diungkaikan
berkaitan dengan permasalahan remaja hari ini. Ikuti
penjelasannya di bawah.

SIASAH: Pada pandangan Saudara Mohd Ridhuan mengapa
dan kenapa para remaja kita mudah terjebak dengan
perkara-perkara negatif yang bukan sahaja boleh
merosakkan diri mereka tetapi juga agama, bangsa dan
negara?
Ridhuan Tee- Melalui kajian yang dibuat, apa yang
berlaku ke atas remaja-remaja kita hari ini kerana
mereka tidak memiliki hala tuju diri atau matlamat hidup. Mereka
tercari-cari identiti yang mana satu hala yang hendak
diikuti.Mereka tiada matlamat yang hendak dicapai.
Nilai-nilai pegangan asas iaitu agama (kalau ianya
Melayu- Islam) sudah tidak lagi sebati dalam hidup
mereka. Mereka sedang mencari sesuatu. Dalam pencarian
itu, yang tidak baik itulah yang menjadi pilihan mereka. Dengan sebab itu kita lihat bermacam-macam perkara yang merosakkan berlaku. Ada yang terjebak dengan Black Metal, seks bebas, penyalahgunaan dadah, rogol
dan sebagainya.

Apa yang menyedihkan kebanyakannya berlaku kepada
mereka dalam usia remaja yang gagal peperiksaan (SPM). Gagal SPM tidak beerti gagal dalam hidup. Masih banyak peluang yang menanti. Pokoknya, jangan mudah putus asa.

Bagi pelajar yang masih bersekolah, menurut kajian yang dibuat juga 80% daripada pelajar-pelajar di sekolah menengah tidak mendirikan
solat.Kalaulah kajian ini benar, sudah tentu, harapan pemimpin kita untukmelihat Wawasan 2020 tercapai masih samar. Oleh itu
sebelum keadaan lebih teruk lagi berlaku kerajaan kena
pantau atau mengambil tindakan yang bersesuaian dengan
permasalahan ini. Kalau tidak negara kita nanti akan menghadapi krisis identiti. Ini kerana sesebuah Negara dikenali kerana identitinya.

Berbanding negara-negara lain contohnya negara Vietnam,
Thailand, Filipina, Jepun masing-masing tebal dan
bangga dengan budaya dan cara hidup mereka. Sepatutnya
remaja Melayu mesti bangga dan berbesar hati dengan
identiti orang Melayu. Tetapi itu tidak kelihatan.
Mereka dengan mudah mengambil pengaruh dari barat
sedangkan mereka tahu pengaruh dari Barat itu tidak elok
tetapi 'kita' sengaja membiarkan perkara ini berlaku.
Cuba lihat televisyen kebanyakan programnya berbentuk hiburan (kebaratan), filem-filem barat, sudahlah ekonomi dikuasai oleh barat.
Saya sedih orang kita khususnya remaja terlalu mudah
menerima pengaruh dari luar. Mana jati diri sebagai
remaja Melayu, Cina atau India? Saya juga berasa pelik
mengapa pengaruh dari luar ini diterima begitu pantas,
cepat dan diterima secara bulat-bulat. Apakah kita kekurangan budaya dan jati diri sehingga terpakso cedok orang lain punya.

Misalnya muzik. Boleh dikatakan 98% remaja dan anak
muda kita menyukai dan meminati muzik rentak barat. Apa
istimewanya RAP, Heavy Metal, Hip Hop, RnB, kalau
dibandingkan dengan lagu asli seperti Inang, Zapin,
Joget, Keroncong yang sudah menjadi identiti kita. Ia
bukan sahaja lembut tetapi begitu syahdu dan
mengasyikkan bila didengar. Kenapa lagu-lagu seperti
itu tidak mahu ditonjolkan. Kenapa kita perlu cedok
budaya orang lain sedangkan kita ada budaya akita
sendiri. Sepatutnya bila pelancong-pelancong datang,
kita kena tunjukkan budaya dan identiti kita sendiri
yang penuh kesopanan, nilai-nilai kelembutan. Di
situlah kekuatan kita seperti apa yang dilakukan oleh
negara China, Jepun, Thailand, Vietnam dan sebagainya.
Mereka tetap mengutamakan ciri-ciri seni budaya yang
diguna pakai sejak zaman dulu. Bukan berbangga dengan budaya dan cara hidup barat.

Contoh, Kerajaan Melaka 600 tahun, sebuah kerajaan yang
hebat, terkenal di seluruh dunia. Kerajaan Melaka terkenal kerana Bangkit kerana pengaruh Islam yang menunjangi kekuatan budayanya. Dunia tidak kenal kerajaan Melaka sebelum kerajaan Melaka menerima Islam. Tetapi bilamana kerajaan Melaka menerima Islam, secara otomatik, kerajaan Melaka terangkat. Inilah kekuatan Islam. Tetapi hari
ini kita sedih kerana generasi kita lupa kepada
sejarah. Kita ambil budaya dari luar. Inilah kegagalan
kita dalam memahami sejarah peradaban bangsa di dunia. Di Negara lain, sejarah tetap diingat sampai bila-bila dan cuba diulangi kegemilangannya.

Untuk menuju ke arah itu kita perlu ada persediaan
yang rapi terutama mengenai kekuatan jati diri yang acuannya
mestilah mengikut bangsa kita sendiri.

Untuk itu kita perlu ada lima asas penting yang
menjadi tonggak dalam membentuk jati diri.

Pertama -Pegangan iaitu agama.
Agama hendaklah menjadi pegangan dan asas dalam kehidupan kerana agamalah yang memartabatkan kehidupan dan tamadun manusia. Tanpa agama, manusia akan terumbang ambing tanpa haluan dituju. Justeru, dengan asas yang kukuh ini, para remaja boleh membawa diri ke mana jua mereka pergi. Bagi orang Melayu Islam. Bila kita ada pegangan, kita akan redha setiap apa yang diberikan oleh Allah sama ada ketentuan baik atau buruk
Kita tidak akan keluh kesah atau kesal di atas apa yang
berlaku. Tetapi kalaulah sebaliknya, sudah pastilah
kita akan mencari jalan mudah atau jalan yang tidak
baik. Contohnya gagal dalam peperiksaan, cara mudah
mengatasinya hisap dadah, berpoya-poya dan sebagainya.
Kerana itu kita perlu ada pegangan.

Kedua- Perjuangan- merdeka diri dari jiwa hamba, hamba kepada anasir yang merosakkan (pengaruh barat). Remaja mesti berjuang memerdekakan jiwa hamba, maksud saya hamba kepada kepada perkara negatif dan pengaruh barat yang amat mudah meresap dalam jiwa mereka. Jadi remaja Islam yang berjiwa merdeka, bebas dari sebarang kemungkaran dan kejahatan. Kita tidak
akan sesekali mudah menerima perkara-perkara yang
bertentangan dengan cara hidup, budaya kita.

Ketiga- Hubungan- yang sering dikaitkan dengan bahasa.
Hubungan manusia diperindahkan lagi melalui bahasa. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi dan berdakwah. Bahasa lambang jati diri setiap bangsa. Bangsa sendiri hendaklah pertahankan agar ia tidak lenyap ditelan zaman.

Kita mesti mengagongkan bahasa kita. Orang Melayu
bahasanya Bahasa Melayu. Sementara tulisannya adalah
tulisan Jawi. Tetapi apa yang berlaku sekarang,
tulisan jawi kita telah kuburkan dan bahasa kita
sedang menuju ke arah kehancuran. Kalau begitu di mana
bahasa kita yang melambangkan sebagai alat penghubung
kita sebagai bangsa Melayu dan juga sebagai alat
perpaduan. Kalau kita tidak mempertahankan dan
memperbaiki apa yang berlaku, acuan yang telah sedia
ada dalam jati diri atau identiti remaja terbantut.
Bahasa tidak akan jadi lagi sebagai lambang yang
menunjukkan sesuatu bangsa itu. Contohnya banyak
iklan-iklan yang kita lihat tidak melambangkan bahasa
dan budaya hidup kita. Bila remaja melihat semua ini,
dia keliru dan dia hanya mengambil mana yang dia rasa
sesuai dengan jiwanya.
Tetapi apa yang saya nampak sekarang DBP sedang
mengorak langkah yang cukup bijak agar bahasa dan
tulisan jawi dihidupkan semula.

Keempat- Hiasan- seni dan adab. Keindahan kehidupan manusia diserikan lagi dengan hiasan seni dan adab. Orang Melayu mempunyai seni dan adab yang amat baik dan lembut. Kehalusan seni termasuk hiburan adalah kekayaan Melayu Islam. Saya hairan kenapa kita berbangga menyanyikan lagu rentak barat seperti rock, heavy metal, rap, RNB, hip hop dan sebagainya. Tetapi kita tidak bangga menyanyikan lagu Melayu sering dikaitkan dengan seni dan
adab. Pada saya seni dan adab yang ada pada orang Melayu
cukup cantik dan halus kalau ianya dipamerkan.
Contohnya cara duduk, cara bergaul sesama mahram, cara
menghormati orang tua semua itu melambangkan peribadi
yang sopan dan halus. Hiasan hidup ini kalau
ditambahkan lagi dengan cara hidup Islam ianya akan menjadi
lebih indah. Kalau boleh kita tidak mahu semua benda
ini pupus.

Kelima- Susunan- dikaitkan dengan budaya.
Budaya Melayu sememangnya sesuatu yang indah.
Cara orang Melayu berpakaian, bercakap, bergaul dan
Sebagainya. Sekiranya digabungkan kelima-limanya sekali
akan terserlahlah keindahan, kecantikan pada orang
kita. Ini kerana semua perkara ini kurang ada pada
bangsa lain. Mereka sudah dipengaruhi oleh cara hidup orang
barat.

Apa yang saya lihat, para pemimpin yang ada sekarang
ini nampaknya sudah mulai sedar. Misalnya tulisan Jawi
cuba diselamatkan dengan menghidupkan semula
penggunaannya. Begitu juga dengan Bahasa Melayu,
dipertahankan kerana ianya tunjang dan menjadi bahasa
rasmi negara. Kesedaran pada kerajaan juga sudah mulai
ada. Mereka nampaknya cuba mendaulatkan semula tulisan
jawi yang menjadi sendi kepada kedaulatan negara.
Dalam hal ini kesemua perkara yang menjadi sendi
kepada kedaulatan negara itu perlu ditegakkan dan
didaulatkan agar ianya menjadi ikutan kepada remaja.
Misalnya dalam kursus-kursus bina semangat yang mana
ianya dihadiri oleh para remaja.

Kedua- kecantikan, kehalusan dan kelembutan agama
Islam itu sendiri mereka tidak praktikkan. Mereka tahu
perlunya agama dan setiap apa yang disuruh oleh agama
itu perlu dilakukan tetapi mereka tidak mahu ikut.
Contohnya orang perempuan wajib pakai tudung bagi
menutup aurat. Kenapa mesti ada alasan kalau dah
berkahwin nanti baru nak pakai tudung, kenapa tidak
sekarang sedangkan dia tahu benda tu wajib. Kalau
tidak tahu kenapa dia bercakap nanti lepas berkahwin.
Ini menandakan dia tahu tetapi sengaja buat-buat tak
tahu. Perkara seperti inilah yang saya katakan
pemahaman yang sesat lagi menyesatkan. Mereka telah
menyimpang dari arah asal kecualilah kalau mereka ini
jahil tentang agama. Dalam hal ini kita kena buat
kalau tidak buat itu bahaya.

Begitu juga orang kata nak 'enjoy' . Kalau ikutkan
boleh 'enjoy' 24 jam tetapi mengikut orang kita kalau
dikatakan 'enjoy' kena pergi berhibur di 'nite club',
panggung wayang, siber cafe dan sebagainya yang
membuatkan pergaulan bebas lelaki perempuan.
Sebenarnya 'enjoy' ni buat 'something' yang manusia
suka dan Tuhan suka yang tidak bertentangan dengan
fitrah manusia dan bercanggah dengan cara hidup kita.
Bukan seperti menyertai Black Metal, bercampur bebas
lelaki perempuan, mengamalkan seks bebas, pijak quran,
pakaian yang tidak melambangkan ciri-ciri budaya kita.
Apakah itu yang kita kehendaki.

Ketiga sikap tidak kisah ibu bapa, satu isu yang basi.
Sepatutnya sebagai ibu bapa kita perlu mengambil berat
akan kehidupan anak-anak. Bukan lepas tangan semata.
Dalam hal ini kita ambil contoh tentang jari kita yang
lima ini. Kenapa orang tua dulu-dulu menamakan jari
kita dengan nama jari kelingking/anak jari, jari manis, jari
hantu, jari telunjuk dan ibu jari. Sebenarnya ada
cerita disebaliknya. Jari kelingking atau anak jari
diumpamakan anak kita di peringkat umur bayi sehingga
10 tahun. Sebagai bayi dan kanak-kanak pada peringkat
ini, kita pkena bermain-main dengan mereka, ia perlu juga dibelai, dimanja dan diberi perhatian
yang khusus. Jari manis, peringkat anak di alam
remaja. Di peringkat ini anak-anak diumpamakan
berdarah manis. Ia perlukan pengawasan yang rapi dan
disiplin diri. Waktu ini anak gadis kita sering
diambil kesempatan oleh golongan tertentu. Misalnya, kes-kes cabul, rogol dan sebagainya. Mereka masih belum boleh diharap. Remaja lelaki pula kalau tidak dikawal boleh terjebak ke lembah masiat dan perkara-perkara yang tidak diingini. Justeru, ibubapa hendaklah mengambil berat dan memerhatikan pergerakan mereka. Selalu telefon di rumah, Tanya apa dia buat, dah sembahyang ke belum. Kalau tengok internet, apa yang dilayarinya
Nama Mata Kuliah:Orientasi Profesi Bimbingan dan Konseling
Kode Mata Kuliah:PPB 533
Semester:1
Jenjang:S1
Dosen:Dr. H. Ahman, M.Pd.
Pokok Bahasan:Mata kuliah ini membahas konsep dasar profesi dan konseling (BK), landasan formal BK di sekolah, perkembangan BK, gugus tugas profesi BK, model pendidikan konselor, profil konselor professional, dan organisasi profesi BK (Kurikulum, 1993).
I) Orientasi Perkuliahan
Membahas silabus perkuliahan dan mengakomodasi berbagai asukan dari mahasiswa untuk memberi kemungkinan revisi terhadap pokok bahasan yang dianggap tidak penting dan memasukkan pokok bahasan yang dianggap penting. Sesuai dengan apa yang dikemukakan dalam silabus pada bagian ini juga dibahas mengenai tujuan, ruang lingkup, prosedur perkuliahan, penjelasan tentang tugas yang harus dilakukan mahasiswa, ujian yang harus diikuti termasuk jenis soal dan cara menyelesaikan/menjawab pertanyaan, dan sumber-sumber.
Membahas strategi pengembangan dan evaluasi Program BK di luar sekolah.

II) Konsep Profesi
Membahas pengertian dan ciri-ciri profesi secara umum
III) Konsep Profesi Bimbingan dan Konseling
Membahas pengertian dan ciri-ciri profesi bimbingan dan konseling
IV) Profesional, Profesionalisasi, Profesionalitas, dan Profesionalisme
Membahas konsep professional, profesionalisasi, profesionalitas, dan profesionalisme.
V) Identitas dan Potret Profesi Bimbingan dan Konseling Saat ini
Membahas identitas dan potret profesi bimbingan dan konseling di Luar Negeri dalam perspektif sejarah
VI) Identitas dan Potret Profesi Bimbingan dan Konseling Saat ini
Membahas identitas dan potret profesi bimbingan dan konseling di Indonesia dalam perspektif sejarah
VII) Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Membahas landasan teoretis, formal, dan operasional bimbingan dan konseling di TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, dan PT
VIII) UTS
IX) Bimbingan dan Konseling di Lingkungan Industri
Membahas landasan teoretis, formal, dan operasional bimbingan dan konseling di industri.
X) Bimbingan dan Konseling di Masyarakat
Membahas landasan teoretis, formal, dan operasional bimbingan dan konseling di Masyarakat.
XI) Gugus Tugas Profesi BK
Membahas gugus tugas profesi bimbingan dan onseling.
XII) Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
Membahas Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling serta perkembangannya dari waktu ke waktu.
XIII) Model Pendidikan Konselor
Membahas pendidikan konselor yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dari waktu ke waktu
XIV) Organisasi Profesi Bimbingan dan Konseling
Membahas sejarah, perkembangan, dan peningkatan mutu organisasi profesi bimbingan dan konseling.
XV) Perbandingan antar Profesi (Konselor, Guru, Psikolog, Dokter, Pengacara, Pekerja Sosial)
Membahas hasil studi banding terhadap berbagai profesi yang ada.
XVI) UAS
TIU:-
TIK:-
Alokasi:16 kali pertemuan
Sumber:Abin Syamsuddin, (2000), Pengembangan Profesi Kependidikan, (Hand Out Perkulian), Pascasarjana UPI : Bandung.

Blocher, Donald, (1989), The Professional Counselor, Mc. Millan Publishing Co. : New York.

Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia

Kode Etik Psikolog Indonesia

Nandang Budiman, (1999), Orientasi Profesi Keguruan, (Diktat), PPB FIP UPI : Bandung.

Nugent, (1990), Introduction to The Profession of Counseling, Mc. Millan Publishing Co. : New York.

Petunjuk Pelaksana Bimbingan dan Konseling.

Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
Update Terakhir:2004-08-03
File:Download Silabus
Nama Mata Kuliah:Orientasi Profesi Bimbingan dan Konseling
Kode Mata Kuliah:PPB 533
Semester:1
Jenjang:S1
Dosen: 1. Dr. H. Ahman, M.Pd. (0813)
2. Drs. Sudaryat Nurdin A. (1433)
3. Nandang Budiman,
Pokok Bahasan:Mata kuliah ini membahas konsep dasar profesi dan konseling (BK), landasan formal BK di sekolah, perkembangan BK, gugus tugas profesi BK, model pendidikan konselor, profil konselor professional, dan organisasi profesi BK (Kurikulum, 1993).
TIU:Selama mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diwajibkan mengikuti kegiatan :
1. ceramah, tanya jawab, dan diskusi kelas;
2. penyajian makalah;
3. pengembangan tinjauan kritis.
TIK:Keberhasilan mahasiswa dalam perkuliahan ini ditentukan oleh prestasi yang bersangkutan dalam:
1. Aktivitas di kelas (10%)
2. Penampilan Laporan Bab (15%)
3. Diskusi dan Laporan Perbandingan Profesi (10%)
4. UTS (20%)
5. UAS (30%)
6. Critical Review (15%)
Alokasi:16 kali pertemuan
Sumber:Abin Syamsuddin, (2000), Pengembangan Profesi Kependidikan, (Hand Out Perkulian), Pascasarjana UPI : Bandung.

Blocher, Donald, (1989), The Professional Counselor, Mc. Millan Publishing Co. : New York.

Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia

Kode Etik Psikolog Indonesia

Nandang Budiman, (1999), Orientasi Profesi Keguruan, (Diktat), PPB FIP UPI : Bandung.

Nugent, (1990), Introduction to The Profession of Counseling, Mc. Millan Publishing Co. : New York.

Petunjuk Pelaksana Bimbingan dan Konseling.

Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
Update Terakhir:2005-01-29

perkembangan remaja

Memahami Perkembangan Kita

Orang bilang, masa remaja itu masa yang paling indah, ekspresif, produktif. Tapi, kita juga dibilang sok tau, seenaknya, dan kurang bisa menghormati orang dewasa. Jadi, kita sebenarnya gimana, sih?

Ada berbagai aspek perkembangan yang kita alami, antara lain berkaitan dengan aspek sosial, emosional, konsep diri, heteroseksual dan kognitif. Yuk kita bahas satu-satu.

<>

Perkembangan sosial

Semula kita memang bertingkah laku sebagai anak-anak, ketika kita dalam tahap usia anak-anak, kemudian menjadi remaja lalu serta-merta orang dewasa memosisikan kita bisa berperilaku dewasa, menyesuaikan diri dengan peran-peran dewasa dan melepaskan diri dari peran-peran sebagai anak-anak. Di sinilah titik pangkal yang menyebabkan kita berada dalam kondisi yang sulit. Maka, timbullah kebutuhan kita, misalnya akan identitas diri, individualitas bahkan kebutuhan akan kemandirian. Nah, ketika kebutuhan tersebut muncul dan orang dewasa tidak memahaminya, lagi-lagi inilah yang sering menjadi sumber permasalahan kita dengan orang dewasa atau lingkungan kita.

Kita mungkin pernah mengalami kebingungan ketika menghadapi benturan nilai teman-teman dengan ortu. Rasanya sudah enggak sabar ingin lepas dari pengaruh ortu, berusaha mandiri, dan punya keputusan sendiri. Misalnya memutuskan untuk tampil cool dengan ikutan merokok bareng teman-teman lain. Padahal, merokok amat sangat dilarang oleh ortu.

Benturan nilai ini akan sering kita hadapi. Pada contoh yang lebih ringan adalah pemberlakuan jam malam. Kita mungkin harus sudah sampai rumah paling telat pukul sepuluh. Jadi, selamat tinggal party-party yang baru mulai pukul sepuluh malam. Sementara itu, banyak teman yang orangtuanya membolehkan mereka ikutan party sampai tamat.

"Perang dunia" menahun bakal terjadi, dan bukan enggak mungkin bakal kronis, jika kita bukan tipe anak yang punya hubungan hangat dengan orangtua. Hubungan itu malah akan membangun semangat saling mau mengerti antara kita dan ortu. Iyalah, ortu mana sih yang rela melepas anaknya pulang malam untuk datang ke acara (yang menurut mereka) enggak juntrung? Sebaliknya, anak mana sih yang enggak ngomel berat dilarang datang ke party paling cool sedunia sama ortunya?

Hubungan yang hangat dalam keluarga membuat kita mau menerangkan perasaan kita. Dan, ortu pun akan rela hati mendengarkan kita, juga mau menjelaskan alasan pelarangan itu dalam bahasa yang nyantai. Seringnya membuat kesepakatan antara kita dengan ortu, akan sangat membantu perkembangan diri kita. Termasuk perkembangan kehidupan sosial kita

Perkembangan emosi

Bentuk atau jenis emosi pada manusia itu ternyata banyak, misalnya; takut, khawatir, cemas, marah, sebal, frustrasi, cemburu, iri hati, ingin tahu, sayang, cinta benci dukacita, bahagia, dan masih banyak lagi. Lalu apa hubungannya dengan kita? Ternyata jenis atau bentuk emosi yang disebut tadi memiliki ciri-ciri perkembangan yang berbeda-beda dalam setiap tahapan perkembangan manusia. Dalam tahap remaja seperti kita sekarang ini ciri-ciri perkembangan emosi kita sebagai berikut:

• Lebih mudah bergejolak dan biasanya diekspresikan dengan meledak-ledak.

• Kondisi emosional yang muncul tadi berlangsung lama, sampai akhirnya kembali dalam keadaan semula.

• Emosi yang muncul sudah bervariasi, bahkan kadang bercampur-baur antara dua emosi yang (sebenarnya) bertentangan. Misalnya, benci dan sayang dalam satu waktu.

• Mulai muncul ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan emosi (sayang, cemburu, dan sebagainya).

• Mudah tersinggung dan merasa malu, karena umumnya sangat peka terhadap cara orang lain memandang kita. Tapi ini juga sangat tergantung dari perkembangan konsep diri kita.

Lalu bagaimana sebaiknya kita menghadapinya? Agar semuanya terjadi secara wajar, kita perlu upaya pengendalian emosi ataupun juga menghindari beban emosi. Caranya:

• Kita harus belajar menghadapi segala situasi itu dengan sikap yang rasional.

• Kita juga harus menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat membangkitkan emosional. Kalau mengalami sesuatu yang bikin marah atau sedih, jangan kebawa emosi dulu.

• Memberikan respons terhadap situasi dengan pikiran maupun emosi yang tidak berlebih-lebihan, proporsional sesuai dengan keadaannya, dengan cara yang bisa diterima lingkungan sosial kita.

• Mengemukakan emosi positif kita (senang, bahagia, sayang) dan juga yang negatif (sebal, sedih, marah) secara benar dan proporsional.

Perkembangan konsep diri

Konsep diri ini berkenan dengan perasaan dan pemikiran kita mengenai diri kita sendiri, karena atas penilaian sendiri maupun penilaian dari lingkungan sosial kita. Misalnya kalau kita enggak puas terhadap kondisi fisik, maka konsep diri menjadi buruk. Hal ini membuat kita merasa rendah diri. Begitu pula sebaliknya, konsep diri positif bila kita menilai fisik kita menarik dan sesuai dengan yang diinginkan. Kalau kita dinilai oleh orang lain, misalnya sebagai remaja yang bisa gaul, pandai dan hal-hal yang positif lainnya, maka semangat positif itu dapat meningkatkan konsep diri dan ke-PD-an kita.

Salah satu ciri dari perkembangan konsep diri kita sebagai remaja ialah cenderung negatif antara lain karena berkembangnya fisik yang cukup drastis, kadang juga kurang proporsional (badan memanjang tapi kurus, bulat gemuk, dan sebagainya), merasa selalu diperhatikan orang lain atau menjadi pusat perhatian orang lain, memiliki aspirasi yang tinggi tentang segala hal.

Perkembangan kognitif

Dalam perkembangan ini perilaku yang muncul, misalnya kritis (segala sesuatu harus rasional dan jelas), rasa ingin tahu yang kuat (perkembangan intelektual kita merangsang untuk harus mengetahui segala sesuatu, dalam tahap ini muncul keinginan untuk bereksplorasi) dan egosentris (segala sesuatu masih dilihat dari sudut pandangannya).

Jadi, enggak usah terkaget-kaget dengan komentar orang dewasa terhadap diri kita, ya. Malah kalau perlu, beri mereka penjelasan bahwa beginilah perkembangan remaja. Bisa jadi, kita bakal terlihat lebih dewasa dibanding para orang dewasa itu.

Good luck!

YAHYA MA’SHUM DAN CHATARINA WAHYURINI (sumber: Modul PKBI)

Search :

Berita Lainnya :

·

"Drag Race" Enggak Cuma Adu Kencang

·

Memahami Perkembangan Kita

·

Telepon" Cordless", "Handphone" Paling Murah

·

Senang-senang di Hari Senin

·

CURHAT